1. Perkembangan Reaksi Reduksi-Oksidasi
Oksigen bereaksi dengan sebagian besar unsur-unsur untuk
membentuk senyawa-senyawa oksida. Dan
sejak oksigen ditemukan, istilah oksigen selalu dihubungkan dengan reaksi-reaksi
antara unsur dengan oksigen. Contohnya Mg mudah bereaksi/bersenyawa dengan
oksigen. Hal ini disebabkan karena permukaan luar dari logam ini sangat mudah
teroksidasi untuk membentuk lapisan magnesium oksida (MgO). Besi juga dapat
teroksidasi dengan perlahan-lahan di udara dan membentuk karat besi, yang
tersusun menjadi Fe2O3, juga telah diketahui
sejak zaman logam bahwa zat ini kini disebut oksida besi yang dapat diuraikan
atau direduksi untuk menjadi logam bebas. Sehingga untuk mendapatkan kembali
logam dari oksidanya disebut sebagai reduksi. Dalam istilah modern, oksidasi
dan reduksi memberikan pengertian yang khas, yang dapat kita lihat jika kita
menganalisa apa yang terjadi ketika logam misalnya besi dioksidasi dan
oksidanya tereduksi. Oksida besi (Fe2O3) merupakan senyawa
ionik, yang
terdiri dari Fe3+ dan O2-, jika besi bereaksi
dengan oksigen. Persamaan reaksinya sebagai berikut
4Fe(s) + 3O2(g) ®2Fe2O3(s)
Mula-mula besi merupakan atom yang netral yang melepaskan
elektron menjadi ion Fe3+,
ketika oksidanya direduksi untuk menghasilkan logam besi, reaksi yang
sebaliknya terjadi, sehingga ion Fe3+ harus menangkap elektron untuk menjadi atom Fe. Proses
melepaskan dan menangkap elektron yang terjadi dalam reaksi-reaksi yang
sejenis, dikenal sebagai istilah oksidasi dan reduksi.
Oksidasi adalah lepasnya elektron dari suatu zat.
Reduksi adalah penerimaan/penangkapan elektron oleh suatu zat.
Reaksi-reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi
reduksi oksidasi
singkatnya reaksi redoks. Kini kita telah memiliki
definisi, mari kita lihat suatu reaksi untuk menerapkan isitilah-istilah
tersebut. Perhatikan reaksi di bawah ini :
2Mg(s) + O2(g) ®2MgO(s)
Hasil reaksi (MgO) merupakan senyawa ionik dan mengandung ion Mg2+ dan O2-, yang terbentuk
dengan adanya perpindahan elektron dari Mg ke Oksigen. Kita bisa menganalisa
perpindahan elektron ini dengan melihat penglepasan dan penangkapan elektron
oleh masing-masing atom secara terpisah. Jika kita menggunakan lambang e-untuk melambangkan
sebuah elektron, penglepasan elektron dari Mg dapat kita tulis,
Mg ®Mg2+ + 2e- (oksidasi)
Perubahan ini dapat diidentifikasi sebagai proses oksidasi
karena Mg kehilangan elektron. Untuk oksigen pada reaksi ini, dapat kita tulis,
O2 + 4e-®2O2- (reduksi)
Kali ini perubahannya dinamakan reduksi karena oksigen menangkap
elektron, sehingga dalam reaksi ini Mg teroksidasi dan oksigen tereduksi. Untuk
reaksi ini dan reaksi redoks lainnya, keduanya terjadi secara serempak. Kita
tidak akan pernah dapat menjumpai suatu senyawa yang melepas elektron tanpa
adanya senyawa lain yang menangkap elektron itu. Kita mengetahui hal ini sebab
elektron-elektron tidak pernah ditemukan sebagai pereaksi atau hasil reaksi
saja, ini juga mengharuskan bahwa jumlah total elektron yang ditangkap persis
sama dengan jumlah total elektron yang dilepaskan. Dalam reaksi Mg dengan O2, dua atom Mg
melepaskan 4e-, sedangkan satu
molekul O2 menangkap 4e-.
Dua istilah yang sering kita gunakan dalam membahas reaksi
redoks adalah zat pengoksidasi dan zat pereduksi. Zat pengoksidasi
adalah senyawa yang menangkapelektron dari senyawa yang teroksidasi, sehingga
menyebabkan oksidasi berlangsung. Yaitu apa yang dilakukan O2 dalam reaksi antara Mg
dan O2, O2 menangkap elektron
dari Mg dan menyebabkan Mg teroksidasi, sehingga O2 adalah zat
pengoksidasi. Perhatikan bahwa zat pengoksidasi (O2) menjadi tereduksi
dalam reaksi tersebut.
Zat pereduksi adalah senyawa yang memberikan elektron kepada
senyawa lain, yaitu yang tereduksi, sehingga menyebabkan reduksi berlangsung.
Yaitu apa yang Mg lakukan jika Mg bereaksi dengan O2, Mg memberikan elektron pada O2 dan menyebabkan O2 tereduksi. Perhatikan bahwa zat pereduksi (Mg)
teroksidasi.
1. Bilangan Oksidasi
Definisi reduksi dan oksidasi antara lain “penangkapan” dan
“penglepasan” elektron yang diterapkan pada pembentukan senyawa ionik seperti
MgO. Tetapi untuk senyawa seperti HF yang bersifat setengah kovalen dan
setengah ionik, bilangan oksidasi merujuk pada jumlah muatan suatu atom dalam
molekul jika elektron-elektron dipindahkan sempurna, dalam arah yang
ditunjukkan oleh perbedaan keelektronegatifan. Karena F lebih elektronegatif
daripada H, maka F akan membawa satu muatan –1. Jika elektron dipindahkan
sempurna, sehingga bilangan oksidasi F dalam HF adalah –1 dan bilangan oksidasi
H adalah +1. Jadi, dikatakan seolah-olah elektron dipindahkan sempurna dari
atom yang kurang elektronegatif pada atom yang lebih elektronegatif. Dari
penjelasan tadi, reaksi redoks dapat didefinisikan sebagai berikut :”suatu
unsur dikatakan teroksidasi jika bilangan oksidasinya naik dalam suatu reaksi,
dan suat unsur dikatakan tereduksi jika bilangan oksidasinya turun dalam suatu
reaksi”.
Hidrogen molekuler bereaksi dengan fluor molekuler membentuk
Hidrogen Fluorida :
H2(g) + F2(g) ® 2HF(g)
Bilangan oksidasi hidrogen naik dari nol dalam H2 menjadi +1 dalam HF
dan bilangan oksidasi fluor turun dari nol dalam F2 menjadi –1 dalam HF. Jadi hidrogen merupakan
unsur yang teroksidasi dan fluor merupakan unsur yang tereduksi dalam reaksi
ini.
2. Penandaan Bilangan Oksidasi
Ada beberapa ketentuan umum untuk menentukan bilangan oksidasi
unsur-unsur dalam senyawa :
1) Bilangan oksidasi suatu atom beberapa unsur dalam senyawa
unsurnya (yaitu, bentuk yang tidak bersenyawa dengan atom unsur lain adalah nol,
tanpa memperhatikan kompleknya molekul. Jadi tiap atom dalam H2, F2, Be, Li, Na, O2, P4 dan S8 memiliki bilangan
oksidasi yang sama yaitu nol.
2) Untuk suatu ion yang terbentuk dari satu atom, bilangan
oksidasinya sama dengan muatan pada ion. Jadi :
·Ion K+ bilangan oksidasinya
+1
·Ion Mg2+ bilangan oksidasinya
+2
·Ion F- bilangan oksidasinya
–1
·Ion O2- bilangan oksidasinya
–2
dan seterusnya.
3) Bilangan oksidasi oksigen dalam kebanyakan senyawa (seperti,
H2O dan CaO) adalah –
2, tetapi ini berbeda dalam dua kasus berikut :
a. Dalam OF2,
bilangan oksidasi O adalah +2, sebab fluor lebih elektronegatif daripada
oksigen.
b. Dalam hidrogen peroksida (H2O2) dan ion peroksida (O2 2-) bilangan oksidasi
0adalah n –1.
Hal ini dapat diketahui dengan melihat struktur lewis H2O2 :
H – O – O – H (Hidrogen Peroksida)
Satu ikatan antara atom-atom yang identik dalam suatu molekul
menyebabkan tidak terjadinya penyebaran bilangan oksidasi atom-atom, sebab
pasangan elektron dari ikatan-ikatan itu telah merata (secara sama). Karena H
memiliki bilangan oksidasi +1, tiap atom O dalam H2O2 memiliki bilangan
oksidasi –1. dalam ion superoksida (O2 -) tiap atom O memiliki
bilangan oksida – ½.
4) Fluor memiliki satu bilangan oksidasi yaitu –1 dalam setiap
senyawanya. Ini merupakan suatu konsekuensi dari fakta bahwa fluor
keelektronegatifannya tertinggi dari semua unsur.
5) Bilangan oksidasi hidrogen adalah +1, kecuali apabila
berikatan dengan unsur-unsur yang kurang elektronegatif daripada H. Sebagai
contoh, dalam hibrida seperti LiH, NaH dan BaH2, bilangan oksidasinya –1.
6) Dalam molekul netral, jumlah bilangan oksidasi dari semua
atom haruslah nol. Dalam ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi dari semua
unsur-unsur dalam ion harus sama dengan muatan ion. Sebagai contoh, dalam ion
amonium (NH4), bilangan oksidasi
nitrogen adalah –3 dan bilangan oksidasi hidrogen +1. Jadi jumlah bilangan
oksidasi NH4+ ialah –3 + (4x1) = +1
yang sama dengan muatan ion.
3. Variasi Periodik Bilangan Oksidasi
Gambar (12.1) menunjukkan bilangan oksidasi yang diketahui dari
unsur-unsur yang lebih dikenal, disusun menurut letaknya dalam tabel
keperiodikan. Penyusunan ini amat berguna sebab menunjukkan ciri-ciri yang sama
dari bilangan oksidasi berikut :
a. Unsur-unsur logam memiliki hanya bilangan oksidasi positif,
sedangkan unsur-unsur non logam dapat memiliki bilangan oksidasi positif atau
negatif.
b. Bilangan oksidasi tertinggi suatu unsur tertentu dapat
mempunyai bilangan oksidasi dalam tabel periodik, sebagai contoh : halogen
dalam golongan VIIA, bilangan oksidasi tertingginya yang mungkin ialah +7, yang
mana Cl dan I dalam beberapa senyawanya dipisahkan.
c. Logam transisi, tidak seperti kebanyakan logam dari
unsur-unsur tertentu, biasanya memiliki beberapa bilangan oksidasi pada baris
pertama logam-logam transisi, sebagai contoh (Sc sampai Cu). Kita catat bahwa
bilangan oksidasi maksimum naik dari +3 untuk Sc sampai +7 untuk Mn. Kemudian
turun lagi dari Fe sampai Cu. Penting untuk diingat bahwa bilangan oksidasi
tidak mempunyai arti fisika kecuali dalam senyawa-senyawa ionik. Penandaan
bilangan oksidasi +7 untuk Cl dalam Cl2O7 tidak berarti bahwa
tiap-tiap Cl menanggung 7 muatan positif. Bilangan oksidasi sangat berguna
dalam penamaan senyawa-senyawa, meramalkan sifat-sifat kimianya, dan dalam
penyetaraan persamaan reaksi redoks (reaksi yang menunjukkan perubahan bilangan
oksidasi).
4. Penyetaraan Reaksi Redoks
Reaksi-reaksi redoks yang sederhana dapat diselesaikan dengan
cepat, sebagai contoh :
2Na(s) + Cl2(g) ®2NaCl(s)
C(s) + O2(g) ®CO2(g)
Pada reaksi-reaksi di atas tidak diperlukan suatu langkah
penyetaraan yang khusus, namun untuk suatu reaksi yang cukup komplek seperti
reaksi antara :
MnO4- + C2O42 -®CO2 + Mn2+
Reaksi ini tidak bisa langsung disetarakan tanpa melalui suatu langkah-langkah
tertentu. Agar reaksi ini dapat disetarakan, maka ada dua metoda khusus
penyetaraan redoks yaitu metoda bilangan oksidasi dan metoda
ion elektron.
· Metoda Bilangan Oksidasi
Perhatikan reaksi berikut ini :
S + HNO3 ®SO2 + NO
Untuk menyetarakan reaksi redoks di atas dengan metoda bilangan
oksidasi, digunakan langkah-langkah penyetaraan berikut :
a. Tuliskan rangka persamaan yang mengandung oksidator, reduktor
dan produk, dalam hal ini reaksi di atas ditulis ulang.
S + HNO3 ®SO2 + NO
b. Tandai bilangan oksidasi pada atom tiap-tiap unsur dikedua
sisi persamaan, dan tentukan mana unsur yang teroksidasi dan mana unsur yang
tereduksi. Tentukan jumlah satuan yang naik dan turun dalam bilangan oksidasi
untuk tiap unsur ini. Hati-hati memeriksa bilangan oksidasi tiap-tiap unsur
pada kedua sisi persamaan, tunjukkan bahwa belerang adalah unsur yang
teroksidasi dan nitrogen adalah unsur yang tereduksi. Secara ringkas dapat
ditulis sebagai berikut :
Bilangan Oksidasi
Sisi kiri Sisi kanan
Perubahan Bilangan
Oksidasi
S = 0 S = +4 +4 (bertambah)
N = +5 N = +2 +3 (berkurang)
c. Samakan kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi dengan
mengalikan tiap-tiap senyawa yang tereduksi atau teroksidasi dengan mencocokkan
koefisiennya. Gunakan koefisien-koefisien dalam persamaan untuk tiap unsur yang
teroksidasi dan tereduksi.
Untuk menyamakan perubahan bilangan oksidasi, maka dari data di
atas S dikalikan dengan 3 dan N dengan 4. Agar lebih jelas gambarkan
garis-garis yang menghubungkan pereaksi dan hasil reaksi yang mengandung unsur
yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
0 +5 4 +2
3S + 4HNO3 ®3SO2 + 4NO
3 (+4) = +12
4 (-3) = -12
akibatnya, seperti terlihat di atas koefisien 3 ditempatkan di
depan S dan koefisien 4 di depan N.
d. Setarakan atom-atom yang tersisa dengan memeriksa; untuk
reduksi dalam larutan asam, tambahkan H+ atau H2O atau keduanya pada persamaan jika diperlukan. Perhatikan bahwa
atom H muncul di sisi kiri, sehingga kita memerlukan dua molekul H2O di sisi kanan.
3S + 4HNO3 ®3SO2 + 4NO + 2H2O
e. Uji bahwa persamaan yang mengandung jumlah atom dan jenis
atom yang sama pada kedua sisi persamaan. Untuk persamaan ionik, muatan harus
setara pada kedua sisi persamaan.
·Metoda Ion Elektron
Metoda ion elektron berbeda dari metoda bilangan oksidasi tetapi
memberikan hasil akhir yang sama. Reaksi lengkap dipecah menjadi dua buah
setengah reaksi, satu untuk reaksi reduksi yang satu lagi untuk reaksi
oksidasi. Dua buah setengah reaksi disetarakan, kemudian dijumlahkan. Sehingga
menjadi reaksi lengkap (persamaan reaksi lengkap).
Berikut ini dijelaskan tahap-tahap penyetaraan reaksi redoks
beserta penerapannya, sebagai contoh diambil penyetaraan reaksi untuk :
Fe2+ + Cr2O7 2-®Fe3+ + Cr3+
Langkah 1 :
Pecah persamaan reaksi di atas menjadi dua buah setengah reaksi,
masing-masing setengah reaksi tersebut adalah :
Oksidasi Fe2+ ®Fe3+
Reduksi Cr2O7 2-®Cr3+
Langkah 2 :
Setarakan jumlah atom selain H dan O pada tiap setengah reaksi.
Oksidasi Fe2+ ®Fe3+
Reduksi Cr2O7 2-®2Cr3+
Langkah 3 :
Setarakan atom-atom dalam tiap-tiap setengah reaksi secara
terpisah. Untuk reaksi dalam medium asam, tambahkan H2O untuk mengimbangi atom O, dan H+ untuk mengimbangi atom H. Untuk reaksi dalam
suasana basa mula-mula setarakan atomatom seperti pada suasana asam, kelebihan
satu atom oksigen pada satu ruas harus diimbangi oleh satu molekul H2O pada ruas yang sama
dan 2OH – pada ruas lawannya.
Apabila hidrogen masih belum seimbang, tambahkan satu ion OH – untuk tiap kelebihan satu
hidrogen pada ruas yang sama dan satu molekul H2O pada ruas lawannya. Karena reaksi berlangsung dalam suasana
asam, kita tambahkan 7 molekul H2O
pada sisi kanan untuk mengimbangi atom O,
Cr2O7 2-®2Cr3+ + 7H2O
Untuk mengimbangi atom-atom H, tambahkan 14 ion H+ pada sisi kiri,
14H+ + Cr2O7 2-®2Cr3+ + 7H2O
Langkah 4 :
Tambahkan elektron-elektron pada satu sisi dari tiap-tiap
setengah reaksi untuk menyetarakan muatan, bila perlu samakan jumlah elektron
dalam kedua setengah reaksi dengan mengalikan satu atau kedua setengah reaksi
dengan mencocokkan koefisien,
Setengah reaksi oksidasi
Fe2+ ®Fe3+ + e
Pada setengah reaksi reduksi, terdapat 12 muatan positif di sisi
kanan, maka harus ditambahkan 6 elektron pada sisi kiri,
14H+ + Cr2O7 2- + 6e-®2Cr3+ + 3H2O
Untuk menyamakan jumlah elektron dalam kedua setengah reaksi,
kita mengalikan setengah reaksi oksidasi dengan 6,
6Fe2+ ®6Fe3+ + 6e-
Langkah 5 :
Gabungkan dua setengah reaksi tadi, elektron-elektron pada kedua
sisi mesti dihilangkan. Dua setengah reaksi yang digabung menjadi :
6e- + 14H+ + Cr2O7 2- + 6Fe2+ ®2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O + 6e
Elektron pada kedua sisi dihilangkan sehingga reaksi lengkapnya adalah :
14H+ + Cr2O7 2- + 6Fe2+ ®2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O
Langkah 6 :
Pastikan bahwa persamaan mengandung jumlah atom dan muatan yang
sama pada kedua sisi persamaan. Pemeriksaan akhir menunjukkan bahwa persamaan
akhir setara secara atomik dan elektronik.
5. Macam-macam Reaksi Redoks
Terdapat lima macam tipe umum reaksi kimia; kombinasi
(penggabungan), dekomposisi (penguraian), perpindahan/pertukaran, metatesis dan
netralisasi asam basa. Sebagian dari reaksi-reaksi ini adalah reaksi redoks,
dan sebagian lagi bukan redoks. Pada reaksi metatesis dan netralisasi asam
basa, kedua reaksi tersebut tidak melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Jadi
kedua reaksi tersebut bukan reaksi redoks.
Akan tetapi pada reaksi kombinasi, penguraian,
pertukaran/perpindahan, melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Oleh karena itu
reaksi kombinasi, penguraian dan pertukaran termasuk ke dalam reaksi redoks.
1) Reaksi Kombinasi
Reaksi kombinasi yang melibatkan satu atau lebih unsur-unsur
bebas adalah reaksi redoks. Contoh reaksi ini adalah :
0 0 +4 -2
S(s) + O2(g) ®SO2 2- (g)
0 +3
–1 +5 -1
Cl2(g) + PCl3(l) ®PCl5(s)
0 0 -3
+1
N2(g) + 3H2(g) ®2NH3(g)
2) Reaksi Penguraian
Reaksi penguraian yang menghasilkan satu atau lebih unsur bebas
merupakan reaksi redoks. Sebagai contoh reaksi ini ialah :
+2 –2 0 0
2HgO(s) ®2Hg(l) + O2(g)
+1
–2 0 0
2H2O(l) ®2H2(g) + O2(g)
Reaksi yang eksplosive juga termasuk reaksi redoks. Dua zat
eksplosive yang dikenal ialah Nitrogliserin dan Tri
nitrotoluen (TNT)
H
ê
H – C – O – NO2
ê
H – C – O – NO2
ê
H – C – O – NO2
ê
H
Nitrogliserin Trinitro
toluen
(C3H5N3O6) (C7H5N3O6)
TNT merupakan zat padat, dan reaksi yang terjadi pada TNT ialah
:
2C7H5N3O6(s) ®3N2(g) + 7CO(g) + 5H2O(g) + 7C(s)
Untuk setiap dua mol TNT yang terurai menghasilkan 15 mol gas.
Pembentukan gas ini berlangsung sangat cepat sehingga TNT merupakan zat yang
sangat eksplosive. Nitrogliserin merupakan cairan pada suhu kamar, meledak
sangat kuat. Reaksi yang terjadi adalah :
4C3H5N3O9(l) ®6N2(g) + 12CO2(g) + O2(g) + 10H2O(g)
dari tiap empat mol Nitrogliserin yang bereaksi menghasilkan 29
mol gas.
3) Reaksi Perpindahan/Pertukaran
Reaksi perpindahan yaitu reaksi dimana satu atom atau ion suatu
unsur dipindahkan dari suatu senyawa oleh atom unsur lain. Reaksi ini termasuk
reaksi redoks. Beberapa contoh reaksi pertukaran adalah :
0 +1 +1 +1 0
2Na(s) + 2H2O(l) ®2NaOH(aq) + H2(g)
NO2
CH3
NO2
NO2
0 +1 +2 0
Mg(s) + 2HCl(aq) ®MgCl2(aq) + H2(g)
0 -1 -1 0
Cl2(g) + 2KBr(aq) ®2KCl(aq) + Br2(g)
0 +2 +2 0
Zn(s) + CuSO4(aq) ®ZnSO4(aq) + Cu(s)
Satu dari reaksi pertukaran redoks yang paling dikenal ialah
reaksi thermite yang melibatkan alumunium dan suatu oksida logam.
0 +3 +3 0
2Al(s) + Fe2O3(s) ®Al2O3(s) + 2Fe(s)
Karena Al2O3 memiliki harga entalpi
pembentukan yang sangat negatif, maka reaksi ini melepaskan sejumlah besar
energi panas.
6. Reaksi Disproporsionasi (Autoredoks)
Dalam suatu reaksi disproporsionasi suatu unsur dalam satu
tingkat oksidasi mengalami reaksi oksidasi dan reaksi reduksi sekaligus. Satu
pereaksi dalam reaksi disproporsionasi selalu mengandung satu unsur yang dapat
memiliki paling sedikit tiga tingkat oksidasi. Unsur pereaksi itu sendiri
adalah satu dari keadaan ini, dan terdapat tingkat oksidasi lebih tinggi, dan
lebih rendah pada unsur yang sama. Dekomposisi termal dari hidrogen peroksida
adalah suatu contoh reaksi disproporsionasi.
-1 -2 0
2H2O2(aq) ®2H2O(l) + O2(g)
Pada senyawa peroksida, bilangan oksidasi dari oksigen adalah
–1. Dalam reaksi ini naik menjadi nol dalam O2 dan turun menjadi –2 dalam H2O. Contoh lain ialah
dekomposisi termal asam bernitrat.
+3 +5 +2
3HNO2(aq) ® HNO3(aq) + 2NO(g) + H2O(l)
Contoh ketiga melibatkan ion tembaga (I). Ion ini tidak stabil
dalam air dan terdisproporsionasi menghasilkan unsur Cu dan ion tembaga (II).
+1 0 +2
2Cu(aq) ® Cu(s) + Cu2+(aq)
Suatu reaksi disproporsionasi yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari ialah antara molekul klor dan larutan basa dingin.
0 +1 -1
Cl2(g) + 2OH –(aq) ®OCl –(aq) + Cl –(aq) + H2O(l)
Reaksi ini menggambarkan kerja pemutih rumah tangga, yaitu ion
hipoklorit (OCl – ) yang mengoksidasi
senyawa pengikat warna dalam noda menjadi senyawa tak berwarna.
7. Reaksi Redoks Misoellaneous
Banyak reaksi redoks yang tidak termasuk pada kelompok reaksi
yang telah dibahas. Sebagai contoh, asam nitrat pekat ialah oksidator yang
cukup kuat untuk mengoksidasi Cu menjadi Cu2+ seperti berikut :
0 +5 +2
+5 +2
3Cu(s) + 8HNO3(aq) ®3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Ulasan
:
Sebelumnya
kita sudah mempelajari materi redoks yang secara sederhana di kelas X, namun
pada artikel ini dibahas secara rinci mengenai redoks dan akan dipelajari di
kelas XII. Reaksi reduksi oksidasi atau biasa disebut redoks merupakan reaksi
yang didalam nya terjadi pelepasan dan penerimaan elektron, pelepasan dan
penggabungan oksigen maupun kenaikan dan penurunan biloks(bilangan oksidasi).
Pada reaksi redoks, suatu atom mempunyai biloks yang berbeda-beda, sehingga
antar atom dapat mengalami reaksi yang berbeda-beda pula. Senyawa yang
mengalami reduksi disebut oksidator sedangkan yang mengalami oksidasi disebut
reduktor. Banyak contoh reaksi redoks yang terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari. Misalkan kita mengupas apel, setelah apel kita biarkan agak lama,
maka lama-kelamaan pada daging apel tersebut berwarna merah kecoklatan,
mengapa? Karena apel tersebut dioksidasi oleh udara. Contoh lain adalah atom Mg bereaksi dengan O sehingga reaksinya
sebagai berikut
2Mg(s) + O2(g) ®2MgO(s)
Reaksi
diatas merupakan reaksi oksidasi(penggabungan oksigen).
Ini adalah contoh lain dalam reksi redoks yang sederhana:
Banyak sekali
macam-macam reaksi redoks yang lain seperti pada artikel diatas. Untuk
memudahkan idenr=tifikasi reaksi redoks dapat juga dilakukan penyetaraan reaksi
redoks dengan beberapa metode, seperi metode setengah reaksi reduksi dan
setengah reaksi oksidasi maupun dengan metode bilangan oksidasi, masing-masing
metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, tergantung kita memakainya
seperti apa. Sekian yang dapat saya informasikan semoga bisa bermanfaat bagi
semua, disini saya juga sedang belajar dan seorang pelajar, mari kita saling
berbagi pengetahuan. Selamat membaca.
Ini adalah contoh lain dalam reksi redoks yang sederhana:
Salam kimia!!! Tetap cinta Kimia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar